Kerajinan Kayu Lantung Khas Ikon Bengkulu yang Memiliki Kisah Kelam
Kerajinan
Kayu Lantung Khas Ikon Bengkulu yang Memiliki Kisah Kelam
Jalan-jalan
ke Bengkulu tidak lengkap bila tidak membeli cinderamata khasnya, yakni
berbahan kulit kayu lantung. Jangan dibayangkan kulit kayu lantung itu keras dan
kaku. Kulit kayu lantung seperti selembar kain karena telah melalui proses
tertentu, sehingga serasa memakai kain, namun terlihat sekali motif kayu seutuhnya.
Pertama kali melihat dan memegang kerajinan berbahan kulit lantung, pasti
bertanya dari bahan apa, karena sangat unik dan berbeda.
Aneka
kerajinan dari bahan kayu lantung yang dibuat pengrajin Bengkulu di antaranya
tas, peci, gantungan kunci, tempat pensil, tempat tisu, dan sebagainya.
Harganya terbilang murah, mulai dari 10 ribu hingga 150 ribu Rupiah, sesuai
dengan barangnya, seperti aneka tas harganya hanya 150 ribuan. Memakai tas berbahan
kayu lantung akan terasa keunikannya.
Adlin
Syah dari dinas terkait memperkenalkan aneka kerajinan kulit kayu lantung
kepada masyarakat. Adlin Syah mengungkapkan ada 4 kabupaten di Bengkulu yang
penduduknya membuat kerajinan dari kulit kayu lantung.
“Kulit
kayu lantung dikenal masyarakat Bengkulu sejak lama dan mulai populer kembali
menjadi kerajinan khas,” jelas Adlin Syah.
Kulit
kayu lantung berasal dari pohon bergetah, salah satunya pohon karet hutan. Kulit
kayu pohon karet untuk menjadi tipis harus melalui proses dilantung, yakni ditipiskan dengan cara dipukul-pukul. Setelah
kadar ketipisannya memenuhi syarat, barulah digunakan untuk bahan pembuatan
aneka kerajinan. Kulit kayu lantung sangat kuat dan bisa dicuci.
“Kalau
kotor dicuci saja, karena pohonnya juga sering terguyur air hujan di hutan,”
ujar Adlin Syah.
Produk
kerajinan kayu lantung berkembang pesat di Bengkulu. Pemerintah pun mengayomi
para pengrajin dan mengharapkan mampu menembus pasar internasional. Menariknya,
kulit kayu lantung memiliki cerita kelam dan panjang di masa lalu. Masyarakat
Bengkulu mengalami penderitaan panjang di masa pendudukan Jepang di tanah air.
Mereka
kesulitan menemukan bahan pakaian, akhirnya membuat dari kulit kayu lantung
untuk dijadikan sebuah pakaian. Pendudukan Jepang di Indonesia membuat rakyat
menderita tak hanya dirasakan penduduk Bengkulu. Penduduk Pulau Jawa pun
kesulitan bahan pakaian dan kebanyakan memakai pakaian dari bahan karung goni.
Namun
kini, seiring dengan berjalannya waktu, kulit kayu lantung menjadi roda
penumbuh ekonomi pengrajin di Bengkulu. Para pengrajin kembali mempopulerkan
bahan kayu lantung sebagai ikon Bengkulu untuk menarik wisatawan. Maka sayang sekali jika tidak membeli
kerajinan kayu lantung yang mulai ada di beberapa kota wisata.
“Cintailah
produk buatan pengrajin Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi. Sebaiknya
membeli kerajinan yang dibuat mereka, agar ekonomi tumbuh dan tercipta lapangan
kerja masyarakat kecil,” pinta Adlin Syah. (Aprilia)
Ada nomer wa yg bisa dihubungi kah
BalasHapus